Sebelum pandemik, penulis biasanya mengikuti dana makan siang kepada Sangha di DBS sesuai dengan jadwal yang memungkinkan. Namun semenjak pandemik melanda negeri ini, hampir semua jadwal berubah dan harus menyesuaikan lagi kehidupan dengan jadwal yang baru dari rumah.
Selama Pandemik kami tidak berkesempatan untuk hadir langsung untuk memberikan dana makan. Nah Sabtu tanggal 11 Juni kemarin, keinginan untuk berdana makan langsung ke Sangha akhirnya tercapai. Kami bangun lebih pagi dari biasanya dan setelah beberes /menyiapkan makan pagi kami pun langsung berangkat ke DBS. Ini adalah yang pertama kalinya sejak kami pindah tempat tinggal.
Dikarenakan di pagi hari jalanan masih longgar, penulis memutuskan untuk menyetir sendiri. Perjalanan ditempuh dalam waktu 40 menit dan akhirnya kami sampai di DBS sebelum jam 7. Sungguh beruntung kami masih bisa menyiapkan dana makanan yang ingin kami persembahkan dan ikut mengambil sīla.
Dana sangha ini dipimpin oleh Bhante Kheminda dan pada kesempatan kali ini Bhante menyampaikan ovada kepada kami tentang pentingnya latihan Dāna dalam kehidupan ini.
Dāna, Sīla dan Bhāvanā seperti gedung 3 lantai, Dāna+ Sīla sangat penting untuk mendukung Bhāvanā.
Berdana seharusnya dilakukan oleh semua orang baik yang kaya, maupun yang miskin sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Meditasi yang tidak didukung oleh pondasi yang kuat berupa Dāna dan sīla yang sesuai dengan ajaran Buddha maka tidak akan pernah bisa mencapai hasil.
Jadi janganlah kita menganggap remeh Dāna dan sīla. Kita harus terus menjaga Dāna dan sīla ini.
Pelan-pelan kita membangun gedung 3 lantai yaitu lantai pertama adalah lantai Dāna, lantai kedua adalah lantai sīla dan lantai ketiga adalah lantai bhāvanā(meditasi)
Signikansi/manfaat dari berdana.
Selanjutnya Bhante menjelaskan supaya kita tidak keliru menginterpretasikan atau bahkan memandang sebelah mata dengan berkata tidak perlu berdana, makan kita perlu mengetahui signifikansi atau manfaat dari berdana.
Berdana harus dilakukan oleh siapapun baik orang kaya maupun orang miskin yang berkecukupan maupun yang berkekurangan. Semua harus melakukan dana sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Karena di dalam ajaran Buddha terutama di kitab suci, Buddha sudah mengatakan bahwa dengan berdana maka jika dāna tersebut berbuah maka akan memberikan kenyamanan kehidupan sehingga akan lebih mudah mempraktekkan sīla dan pada gilirannya mendukung praktek bhāvanā atau pengembangan batin atau meditasi anda.
Background story:
Diceritakan bahwa pada zaman Buddha Kassapa, Ada dua orang bhikkhu yang berbeda pendapat tentang pentingnya atau manfaat dari dana.
Bhikkhu yang pertama mengatakan bahwa meskipun kita sudah menjadi bhikkhu, tapi kita tetap juga harus berdana.
Sedangkan Bhikkhu yang kedua menolak pendapat bhikkhu yang pertama dengan berkata: "kita sudah menjadi bhikkhu maka kita tidak perlu berdana, langsung berpraktek saja yaitu praktekkan meditasi . "
Jadi akhirnya mereka tidak bisa mencapai titik temu dan selanjutnya diceritakan di kitab komentar bahwa mereka berdua akhirnya meninggal dunia.
sebenarnya kedua bhikkhu tersebut mempunyai kualitas baik yang lainnya yang sama yang bisa membuat mereka lahir di surga yaitu :
Sādha(keyakinan terhadap Buddha Dhamma dan Sangha)
Sīla (moralitas)
Pañña (sama kebijaksanaannya)
Namun tidak sama dalam kualitas Dāna.
Bhikkhu pertama sangat unggul di dalam berdana, Bhikkhu kedua tidak pernah berdana.
Bhante juga menjelaskan bahwa seorang bhikkhu juga diperbolehkan berdana asalkan yang didanakan adalah catupaccaya yang sudah diperoleh secara sah atau dengan tidak melanggar vinaya. **Catupaccaya ( jubah, makanan, obat-obatan, tempat tinggal)
Bhikkhu tidak boleh berdana uang kecuali itu memang sudah menjadi keputusannya sangha-sangha di Vihara tertentu misalkan di sini adalah Sangha di DBS
Selanjutnya, kedua bhikkhu tadi akhirnya lahir di surga dimana mereka memiliki tiga kualitas yang seimbang yaitu seimbang dalam Sila dan kebijaksanaan tapi dananya berbeda.
Dengan kekuatan inilah akhirnya mereka lahir di surga. Namun apa yang terjadi ?
Bhikkhu pertama yang suka berdana, keunggulannya jauh melampaui dibandingkan bhikkhu yang tidak suka berdana tadi dalam 5 hal yaitu :
- Āyu(usia panjang)
- Vaṇṇa (rona)
- Sukha(kebahagiaan)
- Bala(kesehatan/kekuatan)
- Adipateyya(kekuasaan)
jadi bhikkhu yang suka berdana memiliki kekuasaan dalam artian banyak orang yang mendekat kepada dia dan mendengarkan kata-katanya serta patuh kepada dia.
sementara bhikkhu yang tidak suka berdana walaupun sudah lahir di surga tetapi bersifat inferior/ tidak memiliki keunggulan dalam 5 poin tadi.
singkat cerita mereka berdua lahir di surga berulang-ulang sejak zaman Buddha Kassapa hingga kemunculan Buddha Gotama.
Pada zaman Buddha Gotama mereka berdua lahir di dunia manusia menjadi dua orang manusia yang karena perbedaan kualitas tadi, Bhikkhu yang tadinya suka berdana menjadi anak dari Raja Kosala(status pangeran) sedangkan Bhikkhu yang tidak suka berdana, dia lahir menjadi anak dari pembantu di kerajaan Kosala juga
diceritakan di kitab, ketika mereka kanak-kanak mereka bisa mengingat kehidupan lampaunya tanpa bermeditasi. Banyak juga bhikkhu yang bisa mengingat kehidupan lampau dan bahkan bisa mempunyai Abhiñña.
Itu semua karena sisa-sisa dari kehidupan lampaunya tanpa harus melatihnya dengan keras sesuai dengan petunjuk yang diberikan di Visudhi mangga atau petunjuk yang diberikan oleh Buddha.
Memang ada orang-orang tertentu yang memiliki kekuatan-kekuatan seperti itu.
Karena bisa mengingat kehidupan lampaunya lalu anak yang menjadi Pangeran ini berkata kepada anak satunya yang lahir sebagai anak pembantu tadi: " Ingatkah kamu dulu ketika kita menjadi bhikkhu di zaman Buddha Kassapa, kamu sudah saya nasehati harus sering berdana namun kamu selalu menolak."
"Akibat suka berdana sekarang saya lahir jadi anak raja dengan pakaian yang mahal dan lain sebagainya, sedangkan akibat kamu tidak suka berdana, sekarang kamu lahir jadi anak pembantu di kerajaan ini dengan pakaian yang kasar. "
Bhikkhu yang tidak suka berdana berdalih lagi, dengan berkata demikian: "apalah bedanya, pakaian yang kamu pakai hanyalah 4 elemen (*elemen tanah, air, api dan angin). Pakaian yang saya pakai pun juga terdiri dari empat elemen, bukankah sama-sama 4 elemen, tidak ada bedanya? "
untuk lengkapnya, Ovada tersebut juga bisa di tonton melalui IG DBS.
Didalam setiap kesempatan untuk berdana, Penulis selalu mengingatkan diri sendiri untuk terus bersyukur (bermudita cita) dan memunculkan perasaan somanassa di tiga momen yaitu sebelum berdana, pada saat berdana dan setelah berdana. Semoga semakin mahir dalam latihan ini yang tentunya akan mendukung latihan latihan lainnya. Sādhu 3x
Posting Komentar
Posting Komentar