Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambudhassa 3x
Terima kasih yg sedalam dalamnya penulis sampaikan kepada Bhante Ashin Kheminda yang atas metta dan karunanya bersedia mengajarkan Tipitaka kepada kami umat Buddha di Indonesia, penulis sungguh merasa beruntung masih bisa mempelajari Agama Buddha terutama Abhidhamma dalam kehidupan ini.
Latar belakang belajar Abhidhamma
Dulu sempat terpikir, dimanakah bisa belajar Agama Buddha yang baik agar bisa memperoleh pandangan yang benar, apakah harus bersekolah lagi di Institut Agama Buddha? Kalaupun ada sepertinya tidak memungkinkan bagi penulis untuk mengikutinya karena keterbatasan waktu dalam mengurus keluarga dan bekerja paruh waktu dalam membantu suami yang membuka toko obat.
Suatu hari penulis mendapatkan broadcast pesan bahwa DBS akan membuka pendaftaran kelas Abhidhamma(sebelumnya penulis mengenal Abhidhamma dari video youtube AME Abhidhamma Made Easy), lalu penulis langsung coba untuk mendaftar bersama suami yang menemani saat itu karena penulis masih dalam masa pemulihan, 2 bulan sebelum kelas pertama dimulai tepatnya di bulan Desember 2015 penulis harus beristirahat di rumah selama 30 hari karena mengalami miscarriage anak kami yang kedua yg pada saat itu sudah memasuki bulan ketujuh, dan kami sangat shock (trauma) akan peristiwa ini (terutama penulis).
Perasaan sedih dan rasa bersalah terus menghinggapi batin penulis. Dan untuk mengisi waktu agar tidak terlarut dalam kesedihan, penulis putuskan untuk mengikuti kelas Abhidhamma, dan setiap sehabis mengikuti kelas, penulis merasa mendapat tambahan semangat untuk terus belajar dalam memahami kehidupan ini.
Tantangan dalam belajar Abhidhamma:
Meskipun agak sulit di awal untuk menghapal nama-nama kesadaran dan istilah Pāḷi lainnya, namun dengan modal bahasa Pāḷi seadanya karena dulu sering membacakan Paritta suci di vihara, akhirnya penulis putuskan untuk tetap datang mendengarkan ajaran tersebut.
Tantangan lain yang di hadapi adalah kesulitan dalam pengaturan waktu karena diawal-awal semester saat itu tidak ada yang menjaga anak kami yang masih 5thn pada saat itu, dan saat itu tidak ada yang dikenal disana dan anak pun juga tidak mau ditinggal sendirian, sedangkan kami tidak boleh membawa anak kecil ke dalam kelas, jadi terkadang kami harus membuat janji untuk menitipkan anak ke suami/keluarga ketika kami harus ke kelas di hari Sabtu malam.
Beruntunglah pada saat itu DBS juga membuka kelas sekolah minggu bagi anak-anak sehingga kami bisa mengajak anak kesana dan dia mulai terbiasa dengan suasana disana dan kami juga mendapatkan seseorang yang mau bekerja di rumah kami dan sekaligus menjaga anak ketika di sekolah minggunya sehingga kami bisa mengikuti kelas hari Sabtu dan Minggu.
penulis tahu bahwa untuk bisa terus mengikuti dan menikmati kelas sampai selesai,dibutuhkan ketekunan dan kerajinan dari diri sendiri sehingga di setiap saat ada waktu luang (seperti pada saat antar jemput anak ke sekolah) penulis gunakan untuk mengulang Mp3 nya dari setiap kelas yang sudah diikuti (terima kasih kepada salah satu murid Abhidhamma yang sudah mengupdate ceramah Bhante dalam format MP3 sehingga dapat diputar dan di dengarkan berulang-ulang baik di ponsel pintar maupun music player mobil).
Mengutip apa yg pernah Bhante sampaikan, "mumpung" kita sudah terlahir sebagai manusia dan memiliki jasmani yang sehat serta masih ada Guru yang dapat mengajarkan, maka kita harus menggunakan kesempatan ini sebaik baiknya untuk belajar Tipitaka sehingga kita dapat memahami corak umum kehidupan ini, yaitu Anicca Dukkha Anatta karena dikehidupan selanjutnya tidak ada kepastian dimana kita akan terlahir.
Dan menurut pendapat penulis, mempelajari Abhidhamma sangat terlalu disayangkan apabila dilewatkan di kehidupan kali ini, dulu penulis mengira belajar Tipitaka hanya ditujukan untuk para anggota Sangha, oleh karena itu penulis sangat bersyukur Bhante Kheminda bersedia untuk mengajarkan Abhidhamma kepada kami, umat perumah tangga, karena sebagai umat Buddha sudah seharusnya juga memahami kitab suci Agam kita karena semua informasi ajaran Buddha ada disana.
Penulis jadi lebih memahami isi dari batin ini dan juga batin makhluk hidup lainnya sehingga itu membuat semakin bersemangat dan bertekad untuk melatih diri agar tidak gampang marah marah, berlatih agar tidak merasa sombong jika ada yang memuji kita, dan juga lebih dapat menerima pengalaman hidup yang terjadi di dalam hidup sehari-hari baik itu pengalaman yang tidak menyenangkan maupun menyenangkan.
Objek panca indra tidak dapat kita kendalikan karena itu diluar kendali kita, yang bisa kita "kendalikan" sebenarnya adalah reaksi (Javana) dalam batin kita. Melalui tulisan ini penulis juga ingin mengajak semua sahabat PP yang ingin memahami batin dan kehidupan ini lebih dalam untuk bersama-sama mempelajari Abhidhamma.
Buddhasāsanaṃ ciraṃ tiṭṭhatu
Semoga Ajaran Buddha Lestari
Sabbe sattā averā hontu, abyāpajjā hontu, anighā hontu, sukhī hontu
Posting Komentar
Posting Komentar